Ajari Guru Buat Karya Inovasi

10:12, 28/12/2010

Ketika sertifikasi guru tahun 2005 disosialisasikan, guru-guru jadi lebih semangat dalam  mengajar.

Setelah sertifikasi dilaksanakan, guru-guru yang masuk dalam quota gelombang pertama 2006-2007 bingung, saat melihat pengumuman bahwa dirinya harus mengikuti diklat, untuk memenuhi nilai portofolio yang masih belum tercapai sesuai dengan syarat sertifikasi guru.

Kebanyakan kekurang tercapaian nilai portofolio tersebut karena guru banyak yang tidak memiliki karya inovasi. Baik itu dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK), karya tulis, buku, artikel, seni dan budaya dan lain-lain. Untuk memenuhi kekurangan nilai tersebut siguru mesti mengikuti diklat selama lebih kurang 10 hari.

Mengapa guru kurang dalam membuat karya inovasi?  Ada beberapa hal yang membuat guru kurang berkarya dalam hal karya inovasi, antara lain tidak tersedianya waktu. Karena gaji yang kurang mencukupi maka banyak guru-guru sepulang mengajar mencari kegiatan lain yang halal dan menghasilkan uang, sehingga tidak lagi tersedia waktu untuk berkarya karena udah capek. Kemudian tidak ada dana.

Syukur, jika sekarang dunia pendidikan akan mendapat anggaran 20 persen dari APBN. Jadi guru-guru akan berlomba-lomba untuk menciptakan karya inovasi untuk memajukan pendidikan. Tapi kalau uang dari hasil jerih lelah mengajar les dari pintu ke pintu, digunakan untuk biaya pembuatan karya inovasi.

Ketiga tidak ada kemampuan. Kualifikasi pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari tingkat pendidikan SPG sampai SPd, juga membedakan tingkat kemampuan masing-masing guru. Sehingga banyak guru yang tidak bisa menciptakan karya inovasi karena memang guru tersebut tidak mampu.

Keempat tidak terpikirkan selama ini. Dahulu sertifikat, piagam dan lain-lainnya itu hanya sebagai tanda saja, dan tidak pernah diberi nilai. Keculai untuk kenaikan pangkat kejenjang yang lebih tinggi. Pada saat sosialisasi sertifikasi tentang portofolio, barulah guru-guru sadar kalau semua bukti-bukti sertifikat seminar, whorkshop, diklat dan lain-lain itu sangat berharga dan berarti, yang selama ini tak terfikirkan.

Kelima masa bodoh. Guru juga ada yang cuek atau masa bodoh. Walaupun sudah tahu dan mengerti bahwa guru itu harus menciptakan karya inovasi bidang pendidikan, namun karena faktor-faktor lain baik itu dari dirinya sendiri atau dari luar dirinya, mengakibatkan guru tersebut cuek saja, atau masa bodoh. dan terakhir hal-hal yang lain (gagap teknologi, tidak ada fasilitas pendukung, bisnis lebih menghasilkan uang dari pada buat karya inovasi seakan-akan hanya buang-buang uang dan waktu, terpaksa jadi guru karena sulit cari pekerjaan dan lain-lain)

Oleh:
Jamahi Saragih,S.Pd
Kepala SD Negeri 068005 Medan


YM

 
PLN Bottom Bar